7 Juli 2022

Ponpes Shiddiqiyyah digeruduk ratusan atau bahkan ribuan polisi dan brimob yang bersanjata, berseragam lengkap dengan tameng. Untuk apa? Hanya untuk menangkap 1 orang. Teroris bukan, gembong narkoba juga bukan. Tapi butuh sebanyak itu untuk personil kepolisian untuk menggerebek pesantren.

Apakah mereka bawa surat penggeledahan atau penangkapan atau tidak? Masih menjadi misteri.-Dalam proses penangkapan 1 orang itu, polisi telah:

1. Menangkap santri yang kurang lebih berjumlah 8 truk. Banyak diantara mereka luka-luka karena dipukuli dengan tongkat atau dengan tangan, karena mereka berusaha mengorek info tentang keberadaan 1 orang yang mereka cari. Sebanyak 50% lebih dari santri yang dibawa berdarah semua.

“Wes nek angel tembak ae!”, ujar salah seorang polisi.Padahal saat itu di pesantren sedang ada acara pertemuan wali murid dan pelantikan organisasi. Sekolah juga berjalan seperti biasa, coba kalo tahu akan terjadi seperti ini mungkin anak-anak diliburkan. Dari awal masuk ke pesantren, perjanjian supaya tidak ada bentrokan, tapi malah banyak sekali yang luka. Katanya negosiasi supaya tidak ada yang terluka, terus yang berkhianat siapa? Oh iya, kabarnya saat penangkapan lalu, polisi meminta tebusan 10jt per kepala utk 5 santri yang mereka tahan (total 50juta). Bayangin aja nih kalo 8 truk. Bukane ngarani, tapi bayangin ajaaa.

2. Memasuki area pribadi dan tempat sakral pesantren dengan SANGAT TIDAK SOPAN.Seperti: masuk ke asrama putri dan memeriksa tiap celahnya, masuk ke kediaman Kiai secara beramai-ramai. Awalnya sudah disetujui bersama bahwa yang masuk rumah hanya 1-2 orang saja, tapi kemudian yang masuk orang banyak, dengan posisi anak-anak masih di dalam. Mereka juga membentak-bentak. Semua didobrak-dobrak, dirusak. Para santri cuma bisa diem dan nangis. Oh, mungkin mereka tidak perlu sopan sopan karena kan aparat negara.

3. Anehnya, mereka sampai mencari ke dalam mobil, ke dasar kolam, bahkan di bawah karpet. Di musholla putri pun, mereka menggedor-gedor dinding pengimamannya, mengira ada pintu rahasia.

Di media beredar kabar-kabar seolah pihak pesantren mengerahkan santri-santri untuk melawan. Tapi coba dipikir: perlawanan macam apa yang tidak disenjatai sama sekali? Semua santri tidak bersenjata. Anak-anak juga masih banyak yang berseragam sekolah. Tapi pulisi? Full armed. Anak-anak didorong-dorong, diseret-seret oleh sejumlah polisi yang memakai baju putih. Bahkan ada santri seusia SMA yang ikut dibawa truk, dan ada santri seusia SMP yang dipukul kepala sampe luka hanya gara-gara takut dan lari. Katanya mau ngorek informasi, tapi anak-anak yang ga tahu apa-apa ini kok ikutan dipukul?

Di media juga beredar video yang diambil oleh polisi, dimana polisi seakan dengan ‘kalem’ mengatasi santri-santri, dan seakan-akan santri ada provokatornya. Tapi tidak ada video dimana santri-santri dipukuli, dikeroyok, dan diseret ke mobil brimob.

Salah satu santri yang memotret kejadian itu (hanya memotret saja), dikeroyok oleh 7 orang polisi, diinjak, dan diseret hingga saat ini kondisinya parah. Santri yang dibawa ke polres juga dilucuti pakaiannya, seolah-olah mereka maling atau apa. Jasadnya disiksa, harga dirinya diinjak.

Sampai sekarang pun santri-santri masih ada yang terjebak disana. Warga yang di sekitar situ juga masih tidak boleh keluar, serasa ditahan, entah untuk tujuan apa.Sampai kapan polisi akan berada di pondok? Masih belum diketahui.